Pages

Rabu, 14 April 2010

BAHAGIAKU SURGA MEREKA DAN DERITAKU PILU MEREKA



aku berdiri mengenakan toga ini di sebuah jalan setapak yang gelap
pandanganku tertuju pada dua orang di kejauhan sana
dengan senyuman yang tak asing di mataku
dua orang yang sangat aku hargai
dua orang yang sangat aku hormati
aku cintai dan aku sayangi
yah, mereka papa dan mamaku
dengan disertai senyuman aku berjalan menghampiri mereka
seiring dengan langkah terlintas dibenakku
atas apa yang telah mereka lakukan terhadap hidupku selama ini
mama yang telah mengandungku selama sembilan bulan
mama yang sudah memperjuangkan hidup dan matinya
hingga aku dapat hadir di dunia ini
mama juga yang telah merawatku dengan penuh kelembutan dan kasih sayang
papa yang telah mendidikku
papa yang rela bekerja banting tulang
ikhlas mengeluarkan keringatnya agar aku dapat menikmati hidup
detik demi detik
hari demi hari
bahkan tahun demi tahun
apakah yang dapat kulakukan untuk membalas mereka?
sering aku tutup kuping gak mau dengerin nasihat mereka
sering banget aku bohong kepada mereka untuk kepuasanku
sering aku melawan jika mereka marah karena kenakalanku
sering juga aku banting pintu di hadapan mereka jika mereka tidak mengabulkan permintaanku
dan bahkan sering aku mengeluarkan kata-kata kasar yang gak pantas mereka dengar dari bibirku
dasar cerewet,kuno, kolot
tapi, apakah mereka memendam rasa dendam terhadapku?
tidak! tidak sama sekali
mereka dapat tulus memaafkan kekhilafanku
mereka tetap menyayangiku dalam setiap hembusan nafas mereka
bahkan mereka tetap menyebut namaku dalam setiap doa-doa mereka hingga aku menjadi seperti sekarang ini
ya Tuhan..
betapa durhakanya aku
tak sadarkah aku bahwa mereka orang yang sangat berarti dalam hidupku
langkah-langkahku terhenti di hadapan mereka
dan kupandangi papa dan mamaku inci demi inci
badan yang dulu tegap, kekar, kini mulai membungkuk
rambut yang dulu hitam, kini mulai memutih
dan kulit mereka yang dulu kencang, kini mulai berkeriput
kutatap mata mereka yang berbinar-binar
dan mulai meneteskan air mata bahagia, air mata haru, air mata bangga melihatku memakai toga ini
kucium tangan mereka, kupeluk mereka sambil berkata
papa, mama, yang aku berikan hari ini
tidak akan cukup membalas semua yang telah papa dan mama berikan selama ini kepadaku
terima kasih pa
terima kasih ma
aku sayang papa dan mama sampai akhir hayatku

Minggu, 11 April 2010


CINTA



Cinta itu energi. Sebuah kehendak kreatif untuk terus mencipta dan berkreasi. Dengan demikian cinta adalah sesuatu yang menghubungkan yang spiritual’ dan yang material’.


Substansi manusia sebenarnya cinta. Karena manusia adalah satu-satunya makhluk yang dibekali kehendak dan akal. Maka manusia punya potensialitas untuk mewujudkan (mematerialkan) cinta dengan kreativitas.

Dalam rumusan E=m.c2, cinta adalah konstanta yang mengubah perwujudan material manusia menjadi energi yang bercahaya, bagi dunia. Tapi karena cinta adalah ruang tengah antara yang material’ dan yang spiritual’, maka cinta juga punya potensialitas untuk menjebak manusia ke dalam lingkaran eksistensi (materialitas) tanpa pernah mewujud dalam esensi (spiritualitas).


Cinta menyediakan pesona dengan objek-objek. Sehingga yang terpikat’ akan tetap terikat dengan roda waktu yang universal. Dihukum untuk terus hidup dalam lingkaran kelahiran kembali, dari satu eksistensi ke eksistensi lain. Seperti Cupid yang menyeret seorang korban dengan anak panah bertali. Oleh karena itu cinta selalu mempunyai aspek ganda, bentuk kehadiran yang ambivalen dan ambigu. Selalu diinginkan tapi sekaligus paling menakutkan.


Cinta seharusnya mengikuti garakan tawaf. Tuhan, berada pada titik pusat gravitasi semesta. Membuat energi gerak dari cinta yang tak beraturan menjadi gerak melingkar yang terpusat pada satu titik. Subjek melebur ke dalam objek. Akhirnya cinta yang menemukan kesejatiannya.