Pages

Rabu, 06 Juli 2011

Umat-Umat Proselitis

Hari ini adalah hari bahagia buat Pendeta Markus, dia telah berhasil
mengkristenkan Paijo, hari ini Paijo akan dibaptis. Usahanya untuk membuat
Paijo menjadi salah satu gembala Yesus ternyata tidak terlalu susah, Paijo yang
tidak berpendidikan dan sangat miskin itu tertarik untuk menjadi Kristen hanya
dengan iming2 beberapa bungkus supermi, sedikit kata2 manis, dan tentunya
janji untuk menjadi bagian dari kerajaan surga Allah Bapa.

Semua telah disiapkan, rejuvenasi mikvah yang telah dimahkotakan kepada
tuhan Yesus oleh Yohanes, yang harus dialami oleh setiap gembala. Dan
menyebarkan kata2 tuhan Yesus kepada bangsa2 adalah kewajiban,
sebagaimana tercantum dalam Injil Mathius. Pendeta Markus telah
menyelamatkan seorang gembala dari kesesatannya. Diberilah nama depan
Fransiscus di depan nama Paijo, untuk mengukuhkan secara lahir batin bahwa

Paijo adalah orang Kristen. Fransiscus Paijo begitulah namanya sekarang
tampak mentereng.
Paijo berasal dari kampung Sumber Pitu, sangking kampungnya, untuk kesana
harus jalan kaki, karena belum ada jalan layak yang bisa dilewati mobil atau
sepeda motor. Paijo sepatu saja tidak punya, kerjaannya tiap hari cuma ngarit,
dan angon sapi. Jari2 kakinya besar dan kasar, begitu pula tangannya. Dulunya
Paijo itu penganut aliran kebatinan, yang oleh pemerintah dianggap sesat dan
tidak diijinkan hidup, tentunya setelah keluar fatwa dari ulama2 pusat yang
puritan itu.

Pendeta Markus datang ke desa Sumber Pitu dalam misi evangeliknya,
menyatukan dunia di bawah kibar kasih Kristiani. Sumbangannya bagi
penduduk desa tidak kecil baik berupa pembangunan fasilitas desa ataupun
bantuan makanan dan kebutuhan sehari2, ditambah dengan sisi2 keramahan
dan kehalusan budi, dengan cepat desa yang semula menjadi sentra penganut
kebatinan itu menjadi sentra penganut Kristiani. Kontras dengan apa yang
ditawarkan oleh pemimpin2 desa mereka yang korup, feodalistik, dan tak
perduli akan kehidupan sehari2 rakyatnya. Ditambah pula mereka sudah muak
dipameri program2 partai2 Islam yang hanya datang kepada mereka waktu
pemilu, itu belum ditambah oleh partai2 nasionalis yang sejatinya tak kalah
oportunis dan tak kalah bengis. Kedatangan Pendeta Markus seakan menjadi
hujan di tengah kemarau panjang.

**********

Kiai Sahal sangat bangga, dengan mengislamkan Paijo, lengkap sudah tugas
dia untuk menyelamatkan Paijo dari kekafiran dan kemurtadan. Sejalan dengan
keyakinan dia bahwa hanya daulah Islamiyah lah yang akan membawa dunia
ini menuju ke kesejahteraan lahir batin, begitu pun makhluk di semesta yang
menurutnya berfitrah dalam Islam. Hanya upacara sederhana untuk
menjadikan Paijo sebagai seorang Muslim, karena intinya hanya mengucapkan
kalimat syahadat, mengakui bahwa tiada tuhan selain Allah dan Muhammad itu
nabi Allah.
Paijo diberikannya baju koko, milik Kiai Sahal sebenarnya baju koko itu, tetapi
sudah agak kekecilan karena perut Kiai Sahal sudah mulai buncit. Peci pun
dibelikan oleh Kiai Sahal, sarung Paijo sudah punya, dibelinya setahun lalu
untuk kemul, hanya Paijo dipesani benar2 oleh Kiai Sahal untuk belajar
berthaharah, selalu dalam keadaan berwudhu dan menghindari segala macam
najis, baik yg hakiki maupun yang dzati. Dan tibalah saat2 yang mendebarkan
dan yang dinanti2kan. Paijo mengucapkan syahadat, di musholla Kiai Sahal
yang letaknya juga didepan rumah Kiai Sahal. Untuk membuat Paijo lebih
Islami, diletakkan nama Muhammad di depan namanya. Jadi lengkapnya
Muhammad Paijo.

Paijo sekarang juga disarankan oleh Kiai Sahal untuk mengikuti sunnah nabi,
mulai dari puasa senin kamis, memanjangkan janggut, syiwak gigi sebelum
sholat, dan banyak lagi yang lain sampai2 Paijo pusing mengingatnya.
Kesalehan normatif yang ditanamkan Kiai Sahal kepada Paijo, tentunya kalau
Paijo sudah cukup kuat ke Islamannya, kesalehan normatif semacam itu sudah
tidak diperlukan lagi.

Paijo di mata Kiai Sahal mempunyai peran penting, karena menurut informasi
yang dia dapat, Paijo adalah salah satu pemimpin aliran kebatinan di desa
Sumber Pitu. Kalau Kiai Sahal bisa meng-Islamkan Paijo, itu langkah awal yang
baik untuk membendung arus kristenisasi yang selama ini menjadi mimpi
buruk siang malam bagi Kiai Sahal dan juga banyak umat Islam di seluruh
dunia.

Sehabis asyar Kiai Sahal pergi ke rumah Paijo, berjalan kaki satu jam sekedar
untuk menanyakan kepada Paijo perkembangannya dalam belajar sholat dan
belajar membaca Al-Quran. Dengan muka berseri2 dia menduga2 seberapa
bagus kemajuan Paijo selama dalam didikannya. Paijo walaupun orang
kampung diakuinya cukup pintar, dan cepat dalam menerima sesuatu yang
baru. Tidak salah lagi, apalagi dengan kemampuan Kiai Sahal yang sering
disebut2 orang sekitarnya mempunyai ilmu ladzuni, semakin cepatlah Paijo
terangkat dari kejahiliyahannya.

“Assalamu alaykum….Assalamu alaykum Paijooo…”

“Waalaykum salam warahmatullah Pak Kiai, monggo..monggo…silahkan
masuk..”

Dengan sopan Paijo mempersilahkan Kiai Sahal masuk, tentunya setelah
mencium tangan Kiai Sahal. Kiai Sahal agak terkejut, di ruang tamu Paijo ada
seorang tamu lain yang diterima oleh Paijo. Mengenakan pakaian kepasturan,
dengan kalung salib menggantung. Ada sesuatu yang ganjil begitu pikiran Kiai
Sahal. Begitu juga Pendeta Markus yang rupanya juga belum begitu lama di
situ. Perasaan aneh dan sedikit ketidak sukaan berkecamuk di dalam hati
Pendeta Markus.
Paijo : “ Lho monggo silahkan duduk Pak Kiai, oh ya saya perkenalkan ini
Pendeta Markus. Pak Pendeta, ini Kiai Sahal.”
Kiai Sahal dan Pendeta Markus mengulurkan tangan masing2 dan bersalaman dengan agak ragu2. Mereka berdua sepertinya agak bingung dengan pikiran
masing2.

Paijo :” Pak Kiai, ingin minum apa..?”

Kiai Sahal : “ Tidak usah repot2 Jo, air putih saja. Terima kasih.”

Paijo segera melesat kebelakang dan tak lama kemudian membawa segelas
air di atas nampan untuk Kiai Sahal.

Pendeta Markus : “ Pak Kiai, sampeyan sudah telat, Paijo sekarang sudah
menjadi pengikut Yesus, dan sudah dibaptis oleh saya seminggu yang lalu.”

Kiai Sahal kaget, mengerutkan kening berkali2. Lalu dia memandang Paijo,
sedangkan Paijo malah menunduk.

Kiai Sahal : “ Lho anda mimpi barangkali Pak Pendeta. Saya mensyahadatkan
Paijo 2 minggu yang lalu di musholla saya. Jo, gimana to kamu ini, kamu tahu ,
kamu tidak akan masuk surga, kalau kamu murtad, melepaskan syahadat,
tidak mengakui Allah sebagai tuhanmu, dan Muhammad sebagai nabimu.”

Pendeta Markus :“ Kau yang justru tidak masuk surga Kiai Sahal, karena
engkau bukan gembala Yesus, engkau adalah gembala sesat.”

Paijo : “ Maafkan saya Pak Kiai dan Pak Pendeta, setahu saya seorang Islam
yang baik, akan sama dengan orang Kristen yang baik, akan sama dengan
kejawen yang baik, bahkan akan sama pula dengan orang ateis yang baik.
Bukan agama yang membuat seseorang menjadi baik, tetapi konsistensi
terhadap nilai2 kebaikan. Dan semua orang baik melakukan kebaikan bukan
demi surga, tetapi demi kecintaan terhadap pencipta dan ciptaannya.“

Kiai Sahal : “ Jo, darimana kamu dapat kata2 seperti itu..?”

Paijo : “ Nyuwun ngapunten Pak Kiai, walau saya orang kampung, tapi saya
masih mampu berpikir merdeka, mengamati kejadian2 demi kejadian yang
terjadi sepanjang hidup saya, kesimpulan saya, manusia sering menciptakan
perbedaan2 yang tidak perlu, bukannya mencari persamaan dan mengolahnya
demi kepentingan bersama. Saya mau menjadi Islam dan saya juga mau
menjadi Kristen, itu karena saya tidak mau melukai perasaan Pak Kiai dan Pak
Pendeta, karena saya mencintai Pak Kiai dan Pak Pendeta, cinta bagi saya
adalah inti dari agama dan ideologi apapun. Begitupun kalau suatu saat ada
yang mengajak saya menjadi ateis, saya akan dengan sukarela mengikutinya,
tanpa harus hanyut di dalamnya. Saya dimana2, tetapi sejatinya saya tidak
dimana2. Membahagiakan makhluk lain itu jauh lebih penting daripada ribut2
hanya masalah agama dan kepercayaan.”

Pendeta Markus dan Kiai Sahal terdiam, tidak menyangka mereka diberi kuliah
bertubi2 oleh pemuda kampung yang selama ini dianggap bodoh dan remeh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar