Pages

Selasa, 06 Januari 2015

Perangko

Beberapa tahun silam, Almarhum K.H. Ali Maksum, pengasuh Pesantren Krapyak, Yogyakarta, bercerita.

Dahulu di Tanah Jawa ada seorang pemuda mendapatkan surat dari kekasihnya. Sebelum surat itu dibuka, perangkonya dilepas, lalu dia telan. Dia pun segera membalas surat itu dan menyatakan bahwa perangkonya telah dia telan. Dia menelannya karena yakin bahwa waktu menempelkan perangko itu, pasti memakai ludah kekasihnya. Jadi, hitung-hitung menelan ludah kekasihnya walaupun sudah kering.

Tak lama berselang, dia dapat surat balasan. Kekasihnya menyatakan terima kasih atas kemurnian cintanya. Namun maaf, katanya, yang menempelkan perangko dahulu bukan dia sendiri, melainkan tukang becak sebelah rumah yang dia suruh untuk mengeposkan. Langsung saja pemuda itu nyengir kecut.

"Itulah ekspresi orang lagi mabuk cinta," kata Pak Kiai menutup ceritanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar